3 Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Anak

Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Anak | Masalah gizi buruk masih menjadi perhatian serius dalam kesehatan masyarakat di Indonesia, menurut data pemantauan gizi (PSG 2016) yang diselenggarakan oleh Lembaga Direktorat Jenderal Gizi Masyarakat, di bawah naungan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Sekitar 3,4% dari anak-anak di bawah usia 5 tahun mengalami gizi buruk, terutama yang berusia 6-24 bulan. Di Provinsi Jawa Timur, sekitar 13,9% dari anak-anak di bawah usia 5 tahun, khususnya yang berusia 6-24 bulan, juga mengalami masalah gizi buruk.

Hal ini menjadi perhatian karena pada rentang usia ini, perkembangan otak mencapai puncaknya sekitar 80%, sehingga kekurangan gizi dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.

Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Anak

1. Kualitas dan Kuantitas Konsumsi Makanan

Mengukur konsumsi makanan sangatlah penting untuk memahami pola makan masyarakat, yang pada gilirannya dapat membantu dalam menilai status gizi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah malnutrisi.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Anak: Kesehatan

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan masalah gizi adalah keberadaan infeksi. Menurut Scrimshaw, dkk. (1989 dalam Supariasa, 2012), terdapat keterkaitan yang erat antara infeksi (baik bakteri, virus, maupun parasit) dengan kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa terdapat interaksi sinergis antara malnutrisi dan penyakit infeksi.

Mekanisme patologisnya bisa bervariasi, baik secara individu maupun bersamaan, seperti:

  • penurunan asupan zat gizi karena hilangnya nafsu makan,
  • penurunan absorbsi nutrisi dan kebiasaan mengurangi konsumsi makanan saat sakit,
  • peningkatan kehilangan cairan/zat gizi karena diare,
  • mual/muntah, dan perdarahan yang berkelanjutan, serta
  • peningkatan kebutuhan tubuh baik akibat penyakit maupun parasit yang ada dalam tubuh.

3. Pola Asuh Orang Tua

Balita merujuk pada anak-anak di bawah usia lima tahun, mencakup karakteristik dari usia 1 hingga 3 tahun serta tahap prasekolah (3-5 tahun). Mereka termasuk dalam kelompok yang rentan terhadap masalah gizi. Beberapa asumsi dan kondisi masyarakat dan orang tua dapat menghambat penyediaan makanan yang memadai bagi balita:

  • 1) Balita sedang mengalami transisi dari makanan bayi ke makanan dewasa, sehingga membutuhkan penyesuaian khusus.
  • 2) Terdapat pandangan bahwa balita merupakan kelompok usia yang belum memberikan manfaat bagi keluarga.
  • 3) Banyak ibu memiliki tanggungan lain atau sibuk dengan pekerjaan, yang membuatnya sulit memberikan perhatian yang cukup kepada balita, terutama dalam hal pemenuhan gizi.
  • 4) Balita belum mampu melakukan perawatan diri secara mandiri dengan baik.
  • 5) Pada tahap ini, balita mulai aktif berinteraksi dengan lingkungan, meningkatkan risiko terkena infeksi dan penyakit lainnya.

Pengasuhan juga berperan penting dalam menentukan status gizi, karena memengaruhi kebiasaan makan anak dan pola makan keluarga. Kedua faktor ini telah menjadi subjek kajian yang mendalam. Menurut Fatimahdkk. (2012), terdapat korelasi yang signifikan antara faktor-faktor ini dan status gizi anak di daerah pedesaan.

Sementara itu, Rusyantiadkk. (2017) menyatakan bahwa ketahanan pangan dapat meningkatkan status gizi masyarakat secara keseluruhan. Handayani (2017) menunjukkan bahwa pola pengasuhan memiliki dampak langsung terhadap status gizi anak.

Prinsip Gizi pada Anak

Masa balita adalah fase perkembangan fisik dan mental yang cepat. Selama periode ini, otak balita sudah siap menerima rangsangan yang beragam, seperti belajar berjalan dan berbicara dengan lebih lancar. Kesehatan balita sangat tergantung pada asupan gizi yang diterimanya.

Anak-anak di bawah usia lima tahun, atau yang sering disebut sebagai balita, mengalami pertumbuhan tubuh yang pesat. Oleh karena itu, mereka memerlukan asupan gizi yang tinggi relatif terhadap berat badannya.

Ironisnya, balita seringkali menjadi kelompok yang paling rentan terhadap kekurangan gizi. Masa balita adalah periode pertumbuhan yang memerlukan asupan gizi yang memadai. Jika gizi yang diterima kurang memadai, perkembangan otak dapat terhambat, yang pada akhirnya akan memengaruhi kualitas hidup saat memasuki masa sekolah dan prasekolah.

Nutrisi untuk Balita

1) Asam Lemak Otak

Asam lemak esensial dan omega 3 adalah nutrisi yang sangat penting untuk dipenuhi. Sumbernya dapat ditemukan dalam ASI, sayuran hijau, minyak kanola, kenari, biji gandum, kacang kedelai, dan ikan laut.

Selain omega 3/DHA, AA juga berperan dalam pembentukan senyawa yang berfungsi seperti hormon, mengatur sinyal antar sel syaraf dalam tubuh, termasuk otak.

2) Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi yang dibutuhkan untuk berbagai proses metabolisme otak. Karbohidrat dapat ditemukan dalam beras, beras merah, tepung, makaroni, pasta, jagung, sagu, dan kentang.

3) Kalori dan Protein

Kalori sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme otak. Sumber kalori dan protein dapat ditemukan dalam daging sapi, ayam, ikan, telur, susu, dan produk lainnya.

4) Vitamin

Misalnya Vitamin A, C, dll.

5) Zat Gizi Lainnya

Zat-zat gizi lainnya seperti taurin, kolin, lecitin, kolesterol, dan zat besi.